Perang Dagang Global Antar Negara China & Amerika

KabarNewsOne, Jakarta – Perang dagang Amerika Serikat vs China makin panas. Jurus perang tarif keduanya udah mirip perang perang pangan, antar Kedua Negara. Sambil seruput kopi di teras rumah, yok kita kupas gaya berdagang ke dua negara raksasa ekonomi global itu. Sabtu (12/4/25)

Kita mulai dengan sebuah fakta dan kenyataan hiper realistik, kita lihat seperti seekor bayi di Tiongkok lahir, sebelum ia belajar merangkak, ia sudah bisa membedakan mana untung kotor dan untung bersih. Sedangkan bayi di Amerika? Mereka lahir sambil pegang joystick drone dan langsung diberi buku berjudul “101 Cara Campur Tangan Secara Elegan di Negara Orang Lain.”

Di China, berdagang bukan hanya budaya, tapi sudah level DNA. Coba tes darah orang Tiongkok, kemungkinan besar hasil lab-nya bilang, “Positif berdagang sejak dalam kandungan.” Anak-anak kecil di sana, baru bisa bilang “mama”, langsung mmlanjut dengan “berapa modalnya?”. Mainan mereka bukan boneka, tapi kalkulator dan mesin kasir. Kalau main masak-masakan, ujungnya buka resto betulan.

Lihat saja kota Yiwu, ntempat yang dikenal sebagai “Pasar Grosir Terbesar di Galaksi Bima Sakti” Di sana, ada lebih dari 75.000 toko yang menjual segalanya, dari kancing baju sampai miniatur UFO, dan ekspornya mencapai lebih dari 200 negara. Bahkan alien dari Planet Pluto pun kalau mau buka toko souvenir, mungkin belanjanya di Yiwu.

Sementara di Amerika, sebaliknya. Punya cara dagang yang unik, yaitu, dagang pakai intimidasi. Bukan “mau beli?”, tapi “Kalau gak beli, loe tau kan kapal induk gue udah standby?” Mereka menjadikan ekspor McDonald’s dan Coca-Cola sebagai senjata lunak, lalu kalau nggak mempan, tinggal kirim senjata keras.

Mereka tak sabar. Kalau China berdagang seperti
air yang menetes, pelan tapi pasti bikin lubang di batu, Amerika adalah bor listrik yang langsung ngebolongin tembok. Penuh gaya. Berisik. Kadang bikin rumah orang roboh sekalian.

Contohnya? Irak. Awalnya cuma mau dagang minyak. Eh, dikira punya senjata pemusnah massal (yang tak pernah ditemukan), langsung diserbu. Setelah hancur, baru datang “rebuild economy” sambil bawa Starbucks dan franchise Hollywood.

Sebagai perbandingan, China itu kayak pedagang kaki lima yang sabar. Ditegur satpol PP? Senyum. Digusur? Buka lapak baru di sebelah. Lama-lama, semua pelanggan pindah ke dia karena harganya bersaing dan dia ingat nama anak-anak pelanggan.

Amerika itu kayak bos toko besar yang kalau sepi pembeli, malah ngamuk. “Kenapa loe gak beli?!” sambil nyari alasan buat nuduh pesaingnya doping.

Kalau dunia ini adalah pasar malam, China adalah pedagang cilok yang bisa jual 1.000 tusuk dalam sehari karena sabar dan senyum. Sedangkan Amerika adalah yang punya panggung karaoke dan maksa semua orang nyanyi lagu ciptaannya. Kalau kamu nolak, mic-nya dicabut, panggungnya dibom, terus kamu dituduh nggak punya selera musik.

Kalau nanti makhluk Mars datang ke bumi, ada dua kemungkinan:

Pertama, mereka beli TikTok dari China.

Kedua, mereka dibebaskan dari tirani Mars oleh Amerika, lalu diberi McDonald’s sebagai simbol kemerdekaan.(Adv)