KabarNewsOne, Jakarta – Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 4 juta kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia. ” secara spesifik, setidaknya 2 juta anak mesti kehilangan orang tua maupun kakek-neneknya serta keluarga terdekat. Selasa (27/7).
Fenomena anak-anak kehilangan orang tua serentak secara global pernah juga terjadi saat serangan Ebola dan HIV. Namun, pandemi Covid-19 benar-benar memberi duka mendalam bagi anak di seluruh dunia karena angka kematiannya cukup tinggi.
Kondisi tersebut menimbulkan masalah global baru, yaitu anak yang menjadi yatim piatu akibat pandemi.
Studi yang dilaporkan di laman Scientific American menunjukkan bahwa setidaknya 1 dari 100 anak di Peru, 4 dari 1.000 anak di Afrika Selatan, dan 1 dari 1.000 anak di Amerika Serikat kehilangan kedua orangtuanya selama pandemi Covid-19 berlangsung sejak 2020 awal.
Studi yang dilakukan Lancet di 21 negara yang mencakup hampir 80% kematian akibat covid-19 di seluruh dunia tersebut, juga menyebutkan jumlah keseluruhannya anak-anak yang ditinggal kedua orangtuanya atau pengasuhnya, hingga awal Juli 2021,
Setidaknya 1,5 juta anak kehilangan orang tua. Angkanya menjadi 2 juta jika ditambah dengan data anak-anak yang kehilangan orang tua ditambah kehilangan kakek-nenek ataupun pengasuh mereka yang tinggal bersama dalam satu rumah. ” Jelasnya
Atas kondisi banyaknya anak-anak Indonesia yang kehilangan orangtua atau pengasuhnya, Ketua DPR RI, Puan Maharani mengatakan anggaran negara untuk penanganan Covid-19 memang penting untuk digunakan penanggulangan masalah kesehatan dan ekonomi rakyat terdampak pandemi.
Namun, katanya, belanja untuk perlindungan anak juga hal yang tak kalah penting. Menurut Puan anak-anak Indonesia hari ini adalah bicara nasib bangsa ke depan.
Jika anak-anak Indonesia hari ini banyak yang putus sekolah dan depresi karena pandemi dan menjadi yatim piatu, bangsa ini yang akan menerima dampaknya dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan. , Ucapnya
“ Sementara itu KPAI sepakat dengan pernyataan Ketua DPR RI dan berharap bantuan untuk ribuan anak Indonesia yang kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya akibat covid dapat dianggarkan melalui APBN”, ujar Retno Listyarti.
Kasus-kasus Anak Mendadak Kehilangan orangtua Karena Covid merupakan Cerita pilu dari Kalimantan Timur (Kaltim), di mana dua bocah laki-laki di dua daerah berbeda, Alviano Dava Raharjo di Kutai Barat dan Arga di Kutai Kartanegara (Kukar), harus kehilangan ayah dan ibu kandungnya karena COVID-19,
Bahkan Vino, begitu nama panggilan Alviano, lebih dulu mencuat. Bocah berusia 10 tahun itu harus hidup sebatang kara, seorang diri setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Ayah dan ibu Vino meninggal tepat pada hari raya Idul Adha, 20 Juli karena terpapar COVID-19. Vino sendiri sempat menjalani isolasi mandiri ditemani keluarga ayahnya.
Kini Duka mendalam juga dirasakan oleh Arga. Bocah laki-laku berusia 13 tahun itu juga ditinggal ayah dan ibu kandungnya karena COVID-19. Arga terlihat menghadiri pemakaman ibunya bahkan mengadzankan, jenazah orang tuanya Deasy Setiawati (40) di permakaman Muslimin Kelambu Kuning Tenggarong, Kukar. Dua hari sebelumnya, Arga ditinggal sang ayah, Alihusni (45).
Arga juga masih menunggu kondisi dua saudaranya, yakni Arya (17) dan Abai (10) membaik. Kakak dan adik Arga itu saat ini masih menjalani isolasi di Wisma Atlet Tenggarong Seberang. Sedangkan saudaranya yang paling kecil, Dilla (4), menjalani isolasi mandiri di rumah kerabatnya.
Saat ini derita lain datang dari Solo, Jawa Tengah, pada awal Juli 2021, Sarjono positif terpapar Covid-19.Setelah itu, 3 anak Sarjono juga dinyatakan positif terjangkit virus Corona. Alhasil, ketiga anak dengan inisial N, D, dan R harus menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Namun, pada 17 Juli 2021 Sarjono meninggal dunia. Anak-anak mendadak menjadi yatim piatu karena ibu mereka sudah meninggal dunia tahun 2020.
Saat sang ayahnya dikebumikan, ketiga bersaudara tersebut tidak bisa melihat prosesi pemakaman ayahnya karena menggunakan protokol kesehatan yang ketat.
Ketiga anak Sarjono masing-masing berusia 17 tahun, 14 tahun dan 12 tahun. Untuk sementara ketiga anak dibawah pengasuhan adik Sarjno, namun sang adik juga kesulitan mengurus karena yang bersangkutan juga memiliki 3 anak kandung.
Akibat Pandemi telah mengambil nyawa setidaknya salah satu orang tua, kakek-nenek, atau kakek-nenek yang tinggal bersama anak. Kondisi yang memprihatinkan ini memberi dampak besar bagi anak-anak karena mereka dapat kehilangan kasih sayang dan perlindungan dari orang dewasa yang mengasuhnya. Oleh karena itu, KPAI menyampaikan beberapa hal kepada Pemerintah.
Pertama, Pemerintah daerah dan pemerintah pusat perlu segera memilah data dan mengumumkan anak-anak di bawah umur yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya. Pemetaan wilayah di mana anak-anak itu tinggal juga penting, agar intervensi Negara bisa dilakukan melalui dinas-dinas terkait di daerah maupun Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Kedua, Setelah data diperoleh, maka Pemerintah harus berfokus untuk segera menyediakan dukungan psikososial dan ekonomi pada anak-anak yang kehilangan orangtua dan pengasuh mereka akibat pandemi. Karena, anak-anak yang kehilangan pengasuh dalam waktu singkat lebih rentan mengalami kesehatan mental, penyakit kronis serta penyalahgunaan zat terlarang saat dewasa.
Ketiga, Pemerintah perlu membangun komunikasi dengan masyarakat tentang perlunya keluarga mempersiapkan mitigasi risiko. Di dalam mitigasi risiko, ketika ayah atau ibu terpapar Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri, mereka perlu sesegera mungkin berbicara dengan anggota keluarga besar tentang siapakah yang selanjutnya akan merawat dan membesarkan anak-anak mereka jika hal yang terburuk terjadi: salah satu atau kedua orang tua meninggal. Mitigasi ini perlu terutama jika anak yang ditinggalkan masih balita atau masih di bawah umur.
“Tujuannya ialah memastikan kejelasan tentang siapakah yang selanjutnya akan ditunjuk untuk merawat anak-anak untuk menjamin akses pendidikan mereka, dan melindungi mereka dari ancaman perkawinan anak dan perdagangan anak. Mitigasi ini perlu terutama jika anak yang ditinggalkan masih balita atau berada pada usia anak”, tandas,(Yan)